Akhir pekan ini saya dedikasikan untuk melengkapi dapur yang baru selesai direnovasi, dan tempat pertama untuk mencari perlengkapan adalah IKEA. Barang-barang di IKEA mungkin bukan premium quality, tapi brand ini membuat berbagai barang yang mudah dan praktis. Disainnya juga tidak lekang dimakan waktu. Saya punya container gelas yang dibeli dari IKEA beberapa tahun yang lalu dan sampai sekarang masih terus dijual.
Setelah lebih dari 3 bulan dibuka, saya pikir IKEA sudah mulai sepi atau kembali ke situasi normalnya suatu toko. Pada minggu-minggu pertama sejak dibuka pada tanggal 13 Oktober 2014, mobil pengunjung yang datang ke IKEA tampak mengular. Bahkan konon IKEA menyediakan shuttle bus untuk pengunjung yang terpaksa parkir agak jauh. Tapi ternyata dugaan saya itu salah. Toko IKEA masih tetap penuh, dan kebanyakan adalah keluarga yang datang lengkap – bapak, ibu, anak, nanny, kadang juga dengan nenek dan kakek. Banyak yang duduk-duduk di sofa empuk sambil mengangkat kaki, ada yang berbaring mencoba tempat tidur di model-model kamar tidur. Tidak sedikit yang bergaya sambil selfie.
Memang agak sulit jadinya berbelanja di tengah keramaian. Dan banyak sekali barang yang saya butuhkan ternyata tidak tersedia. Menurut beberapa petugas, hambatan utama mendatangkan barang adalah custom clearance di Tanjung Priok. Mereka menganjurkan saya untuk melihat status ketersediaan barang melalui website IKEA sebelum datang. Saya tunjukkan halaman website dari produk yang saya mau, dan di situ tertulis “3 stok tersedia”. Petugas IKEA mengatakan bahwa untuk barang-barang kecil, seperti aksesoris dapur yang saya cari, seringkali data di website tidak sama dengan di toko karena ada pengunjung yang membuka kemasannya dan membawa barangnya (tentu saja tanpa membayar). Toko besar seperti IKEA yang selalu sesak dengan pengunjung merupakan tempat baik untuk melatih kejujuran.
Leave a Reply